Sabtu, 16 April 2011

Fenomena Ulat Bulu

Berbagai bencana alam sudah banyak kita saksikan terjadi di negeri ini, seperti tsunami, gempa, banjir, flu burung dan sebagainya, dan yang mulai menyebar sejak bulan April 2011 ini adalah menyebarnya ribuan ulat bulu di berbagai daerah di pulau jawa dan bali.

Tidak jarang bila terjadi suatu bencana di suatu daerah maka kita akan menghubung-hubungkannya dengan 'dosa apa' yang telah dilakukan oleh warga di daerah yang terkena bencana. Karena sejak kecil kita telah diajarkan oleh guru-guru agama kita bahwa banyak kaum terdahulu yang dibinasakan oleh Alloh karena dosa yang telah mereka lakukan. Tidak perlulah untuk diuraikan lagi semuanya di sini, karena setiap orang yang belajar agama (agama samawi apapun) rasanya sudah akrab dengan kisah-kisah semacam itu.

Kiranya tentu banyak alasan rasional mengapa semua bencana itu terjadi. Namun serasional apapun penjelasannya, rasanya tidak menutup hati nurani kita untuk berkaca dan berintrospeksi diri, tanpa perlu menghakimi mereka yang menjadi korban dari berbagai bencana tersebut. Pada akhirnya itu semua harus bermuara pada perbaikan diri pribadi kita sebagai manusia, sebagai makhluk sosial, sebagai hamba Alloh dan sebagai salah satu elemen dari alam semesta.

Ada banyak cara Alloh 'berkomunikasi' dengan manusia, dan sungguh komunikasi tersebut tidak berhenti dengan telah lengkapnya diturunkannya ayat-ayat-Nya. Namun tentunya level kita tidak bisa dibandingkan dengan nabi Musa as yang memiliki 'privelege' untuk berkomunikasi secara langsung dengan Alloh, dan di sisi lain saat ini sudah tidak ada lagi nabi yang berperan membawa pesan-pesan Ilahi untuk umat manusia.

Namun apa sebenarnya pesan yang disampaikan dalam 'komunikasi' tersebut? dan seberapa pentingnya kita memahami pesan tersebut?

Dalam pelajaran agama telah diajarkan bahwa ada dua macam ayat Alloh, yaitu 'ayat qowliyah' dan 'ayat kawniyah'. Ayat-ayat qowliyah rasanya kita semua sudah tahu bahwa semua telah selesai disampaikan, semuanya telah dirangkum di dalam sebuah 'kitab yang disucikan'. Melalui ayat-ayat kawniyah-lah Ia masih tetap "keep in touch" dengan manusia. Jika menengok kepada kitab suci, dapatlah dilihat bahwa ia berisi peringatan-peringatan (tentang apa yang wajib dilaksanakan dan apa yang wajib dijauhi), dan janji-janji Alloh kepada manusia (tentang apa yang akan diterimanya kelak sesuai dengan apa yang telah diperbuatnya semasa hidup di dunia).

Tentunya ada keselarasan antara ayat qowliyah dan ayat kawniyah, dengan demikian tentunya pesan yang disampaikan melalui ayat kawniyah tidaklah akan jauh berbeda dengan ayat qowliyah. (rasanya perlu ada pembahasan tersendiri mengenai hal ini, mudah-mudahan Alloh mengizinkan saya untuk memaparkan masalah ini...).

Kembali ke permasalah yang menjadi judul tulisan ini, bagaimana tentang fenomena maraknya ulat bulu di berbagai daerah di pulau Jawa dan Bali akhir-akhir ini? sebelum melihat ayat kawniyahnya, ada baiknya sedikit mereview ayat qowliyah. Ada beberapa perumpamaan yang Alloh sampaikan di dalam Al Qur'an yang mencoba memberikan sedikit gambaran mengenai karakter manusia, seperti anjing, nyamuk, semut, lebah dan yang lainnya (kalau mau jelasnya silakan browsing Al Qur'an aja deh, kepanjangan kalo semua dipaparkan di sini). Nah, ketika ayat qowliyah bercerita tentang binatang, biasaya pesan yang disampaikan adalah contoh karakter manusia, ada yang baik seperti lebah misalnya, ada pula yang buruk yang harus dijauhi, seperti anjing misalnya (apa yang baik dan apa yang buruk dari perumpamaan binatang-binatang tersebut, lagi-lagi silakan browsing Al Qur'annya).

Lalu karakter apa yang dicontohkan oleh ulat bulu? hmmm... apa ya? cukup lama saya mencoba memahami hal ini, dan cukup sulit memahami 'teka-teki' atau 'simbolisasi' ini. Namun jawabannya tiba-tiba saja melintas di benak saya, ketika khotib Jum'at tadi mengucapkan kata 'pemerintah'. Ya, ketika mendengar kata itulah tiba-tiba mengalir jawaban dari pertanyaan saya mengenai fenomena ulat bulu, padahal khutbahnya tadi temanya bukan tentang ulat bulu..., tapi kok tiba-tiba semua jawabannya ada di kata tersebut, pemerintah!

Sebelumnya perlu ditekankan bahwa apa yang saya tulis ini hanyalah apa yang terlintas di benak saya, bukan merupakan sesuatu yang 'tentu benar', atau sesuatu yang wajib dipercaya.

Bagaimana karakter ulat bulu?

Pertama, ulat bulu terlahir hanya untuk makan, kerjanya hanya makan, tidak ada yang lain selain makan. Sebelum sampai periode menjadi kepompong ia akan terus makan, tidak peduli jika ada pohon yang sampai kehabisan daunnya karena telah dilahap semuanya oleh para ulat bulu ini. Kedua, gerakan ulat bulu ini sangat lambat, lambat sekali, bahkan ketika ada predator di dekatnya ia tetap akan bergerak lambat, walaupun akibatnya ia akan menjadi santapan sang predator. Ketiga, ulat bulu dapat mengakibatkan gatal-gatal apabila bulunya mengenai kulit kita.

Nah, menurut saya, sekali lagi ini menurut saya loh, ketiga karakter itu melekat pada diri aparat pemerintah.... hahahaha.... Jika melihat jumlahnya yang sangat banyak, boleh jadi artinya aparat yang berkarakter seperti ulat bulu itu juga banyak sekali.... Pertama, mereka banyak yang kerjanya memakan apa saja, termasuk yang bukan haknya, baik terang-terangan atau sembunyi-sembunyi. Bahkan ada yang berani memakan bantuan yang merupakan hak para korban bencana, memakan hak para siswa sekolah dan sebagainya. Kedua, mereka lambat sekali dalam menyerap aspirasi masyarakat, lambat dalam bereaksi terhadap ancaman-ancaman yang ada, alasannya katanya harus mempertimbangkan banyak aspek. Meskipun warga negaranya telah terancam nyawanya mereka tetap lambat. Apalagi bila dampaknya tidak langsung terlihat, seperti menyiapkan pencegahan terhadap akibat bencana alam, hal ini amat sangat lambat. Ketiga, semua sikap dan perbuatan para aparat tersebut seringkali benar-benar membuat 'gatal' warganya, tidak heran sebagian diantara mereka melampiaskannya dengan berdemo, mengkritik lewat tulisan, menyindir lewat lagu dan sebagainya, pokoknya banyak sekali yang gatal melihat kelakuan para aparat pemerintah tersebut....

wallohu a'lam
wassalam....

1 komentar:

  1. Ini blom tentu benar... hanya ingin melihat dari salah satu sudut pandang aja....

    BalasHapus